13 Jul 2013

Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah?

Hari ini pulang kerumah, seperti biasa nonton berita di TV. Ya! Yang katanya kotak bodoh. Yang terpenting kotaknya yang bodoh, bukan saya. Kembali ke beritanya, ada kejadian tragis yang menimpa sekeluarga pemilik ruko yang meninggal terbakar. Penyebabnya biasa yaitu konsleting listrik tokonya yang tepat di lantai dasar. Yang bikin tidak biasa adalah penyebab tewasnya sekeluarga karena tidak bisa dievakuasi oleh tim pemadam kebakaran karena adanya terali di jendela yang terkunci dan kuncinya hilang. Komplit!
Ya, komplit mengggambarkan budaya orang Indonesia mempersulit sesuatu yang seharusnya simpel, dan sebaliknya. Terali yang seharusnya melindungi dari tindak pencurian, malah menjadi petaka ketika ada musibah.


Ngomong-ngomong, belakangan ini saya sibuk mengurus berkas untuk persyaratan wisuda. Saking banyaknya, saya yakin salah satunya pasti ada yang hanya hanya formalitas. Ada salah satu syarat yang agak "lucu", melampirkan Buku Perkembangan Akademik dan Transkrip Akademik, bukankah isinya sama? Hanya satu ditulis tangan dan satunya hasil “tulis mesin”.









"Kalo bisa dipersulit kenapa dipermudah?" Sudah saatnya kita berubah, sampai kapan budaya buruk ini dipertahankan?

0 comments:

Post a Comment

 
;